Ah, aku ingin mengenalmu untuk kesekian kalinya. Iya kamu. Aku ingin mendengar nada bicaramu saat kau memperkenalkan diri. Mengenalkan siapa namamu, darimana kamu berasal dan segala hal tentang kamu. Aku ingin merasakan kembali ketika semesta seolah menghentikan semua aktivitas semua orang terkecuali aku hanya agar aku mendengarmu memperkenalkan diri.
Bagaimana sebenarnya keikhlasan ikut serta dalam urusan cinta? Ketika kita memutuskan untuk sama sama menjauh padahal raga selalu mendambakan kedekatan. Ketika kita berpura pura untuk tidak suka satu sama lain padahal kita hanya mencoba menjaga hati kita masing masing. Ketika rindu seberapapun besarnya harus kita sembunyikan lagi dalam dalam. Yap, itu semua semata mata untuk mengikuti aturan sang pencipta.
Hatiku memang tak berdarah. Tapi bukan berarti itu tidak terluka. Layaknya menangis tapi tidak mengucurkan air mata. Kita sepakat untuk sama sama menikmati luka ini masing masing. Dalam kesendirian. Dalam kehidupan kita masing masing. Dalam diam, kita berdoa masing masing kepada sang pencipta: Agar suatu saat luka itu sembuh dengan sendirinya.
Dan barangkali, ketika saatnya tiba kita untuk bertemu. Disaat saat indah yang ditakdirkan sang pencipta. Kita akan mengakui kepura-puraan kita selama ini. Kita akan mengakui bahwa kita sama sama mendambakan keteduhan itu, rasa yang entah belum sama sama kita sepakati untuk didefinisikan. Lalu kerinduan yang selama ini terpendam akan menghambur begitu saja seiring dengan pengakuan itu.
Di suatu saat yang sudah ditentukan oleh sang pencipta. Izinkan aku mendengar nada bicaramu saat kau memperkenalkan dirimu lagi. Kali ini lain, didepan kedua orangtuaku. Aku ingin merasakan indahnya saat pertama kali jatuh cinta kepadamu. Aku ingin mengingat momen momen awal itu. Dimana kita, dua insan manusia yang entah sedang merasakan apa, menyadari bahwa kita sama sama saling menunggu. Untuk saat saat indah itu.
0 Basa Basi:
Post a Comment